Selasa, 11 November 2014

Pendakian Pertamaku di Gunung Ungaran

           




 Di sebuah gerbong kereta kelas ekonomi, saya duduk dan melepaskan pandangan. Terlihat suasana stasiun Pasar Senen begitu ramai. Suasana di dalam gerbong juga tidak kalah ramai. Malam itu tepat pada tanggal 31 Mei pukul 22.00 WIB dengan menumpang kereta Tawangjaya, saya hendak menuju ke Semarang untuk melakukan pendakian pertama saya. Ini bukan pertama kalinya saya pergi ke Semarang, kota tempat kekasih saya berkuliah. Hampir setiap bulan saya mengunjungi kota ini dan dengan kereta yang sama pula. Namun kali ini bukanlah perjalannan biasa bagi saya, biasanya saya ke semarang hanya sekedar untuk melepas rasa kangen bertemu dengan kekasih tercinta , but this is special one. Spesial karena, saya akan pergi ke gunung yang merupakan kali pertama saya melakukannya. Dan akan menjadi spesial karena perjalanan ini akan saya lakukan berdua dengan orang yang spesial.
 
            Sekitar pukul 03.00 WIB saya tiba di stasiun Semarang Poncol. Di depan pintu keluar terlihat Adam yang menyambut saya dengan senyuman sambil menggendong tas ransel yang sangat besar. saya pun buru-buru menghampirinya. Tanpa berpikir panjang setelah kami berdua saling menyapa, kami pun melanjutkan perjalanan kami dengan menggunakan sepeda motor menuju Ungaran. Selama perjalanan itu saya terus bertanya banyak hal ke adam. Jantung saya pun deg-degan saking antusiasnya saya dengan pendakian ini.
            Sekitar pukul 03.30 WIB kami tiba di basecamp gunung ungaran. Adam menyuruh saya untuk berganti baju dan melakukan packing ulang. Sementara dia sendiri akan menemui petugas di basecamp tersebut. Pukul 04.00 WIB kami memutuskan untuk memulai pendakiannya. Waktu itu kondisinya masih sangat gelap, saya merasa sedikit takut karena harus berjalan di tengah hutan , dan hanya bermodalkan penerangan dari sebuah senter. Untuk meredam rasa takut yang saya rasakan, Adam terus mengajak saya mengobrol dan sesekali dia mengeluarkan candaan yang membuat saya tertawa. Saya berjalan tepat di depan Adam. Ketika perjalanan belum begitu jauh dari basecamp , kami bertemu dengan rombongan pendaki juga. Dua perempuan dari rombongan itu mengajak saya ngobrol. rupanya mereka berasal dari sebuah komunitas keagaaman di salah satu kampus di semarang, nama organisasi mereka tertulis jelas di jaket yang mereka kenakan. Kemudian kedua perempuan itu mengajak saya dan Adam untuk melakukan pendakian bersama rombongan mereka. Dengan senang hati kami menerima tawaran itu.  Saya dan Adam jalan terlebih dahulu di depan mereka. Sesampainya di sebuah kolam, kami pun memutuskan berhenti terlebih dahulu untuk melaksanakan shalat subuh, setelah itu mengambil air dari dalam kolam sebagai bekal sampai di puncak nanti. Karena rombongan mereka terlalu banyak dan belum semua selesai shalat, kami berdua pun memutuskan untuk berjalan duluan ,setelah saya dan Adam selesai shalat subuh dan mengambil air dari kolam, kami berdua pun meminta izin kepada rombongan untuk berjalan terlebih dahulu.
            Udara saat itu terasa sangat dingin, namun saya sudah terbiasa dengan udara dingin semacam ini, karena letak rumah saya juga  berada di daerah pegunungan. Jalanan yang kami lalui semakin lama semakin menanjak dan semakin terjal. Saya pun semakin sering mengeluh. Tak henti-hentinya adam menyemangati saya . Namun saya terus saja mengeluh dan mengatakan kalau saya sudah tidak kuat untuk berjalan, kaki saya rasanya sudah mau copot, ditambah dengan beban tas yang saya bawa sangat menguras tenaga saya. Saya sering sekali meminta istirahat ke Adam, dan ia dengan sangat sabarnya selalu menuruti keinginan saya. Dan entah saat berada di pos berapa saya tidak ingat,saya merasa sudah sangat tidak kuat untuk berjalan. Saya pun akhirnya menangis dan mengatakan berulang-ulang ke Adam kalau saya sudah tidak sanggup lagi.  Baju saya pun sudah penuh dengan tanah , karena saat berjalan saya sering sekali jatuh. Adam terus menyemangati saya meskipun saya tidak ingin melanjutkan perjalanan ini. Dia berkata:

            “ Aku yakin kamu pasti bisa, kamu bukan wanita yang lemah. Kalau kamu sudah ga kuat,kita bisa sering-sering istirahat, kamu yakin mau mundur sekarang sementara kita belum sampai di puncak? Kamu yakin akan membuat perjuanganmu berhenti disini?? Kamu harus yakin. Ada aku disini, percaya sama aku. Aku akan jagain kamu sampai di puncak nanti..”
            

 Kemudian Adam memegangi  tangan saya selama perjalanan,hal itu yang membuat tangisan saya sedikit demi sedikit mulai terhenti. Saya yakin Adam juga merasa lelah , tapi dia berusaha menyembunyikannya dari saya. Akhirnya saya mendorong diri saya untuk tetap bertahan dengan perjalanan ini.  
            Sekitar pukul 08.00 WIB akhirnya kami tiba di puncak. saya sangat senang, saking senangnya  saya hampir lupa dengan rasa sakit yang menyelimuti kaki saya. Tak henti-hentinya saya berteriak “Allahu Akbar!”.. sementara Adam sibuk membuka bekal makanan yang kami bawa. Adam menyuruh saya untuk makan terlebih dahulu, sementara dia akan mendirikan tenda untuk istirahat.  Setelah tenda berdiri Adam langsung menyuruh saya masuk ke tenda untuk beristirahat dan berganti baju, sedangkan dia makan dan beristirahat di luar tenda.  
          
  Setelah sekitar 1 jam beristirahat , kami berdua pun tak lupa untuk mengambil foto. Suasana di puncak Gunung Ungaran saat itu sangat ramai, banyak pendaki yang juga tak mau kalah ikutan mengambil foto. Di puncak saya menemui bukan hanya pendaki dari Indonesia saja, melainkan ada lumayan banyak pendaki dari luar negeri juga. Saya sangat bersemangat sekali untuk hunting foto di sekitar puncak Ungaran. 
             
Setelah dirasa cukup dan puas menikmati puncak gunung Ungaran yang memiliki ketinggian 2.050 MDPL ini. Tepat pukul 14.00 WIB kami berdua memutuskan untuk turun. Dan kami tiba kembali di basecamp sekitar pukul 19.00 WIB.
            Sungguh pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan oleh saya. Pendakian pertama saya yang begitu spesial bersama orang yang spesial. Saya jadi belajar banyak hal, terkadang saat kita sudah menyerah dan berputus asa pada suatu hal atau keadaan  saat itu juga diri kita sedang diuji untuk mengambil sebuah keputusan, apakah berhenti atau terus malanjutkannya meskipun rasanya sudah tidak sanggup. Tetapi jika kita yakin kita bisa, maka keyakinan itulah yang akan mengantarkan kita melewati semua rintangan hingga kita berada di sebuah tempat yang  disebut PUNCAK....

***Begitu kira-kira cerita singkat dari pendakian pertama saya. Bagaimanakah pendakian pertama kalian??


Dokumentasi pribadi:





Greace Fitriana Chandramanik ,sahabat yang suka bercengkrama dengan alam



        Icha... begitulah sapaan akrab gadis kelahiran kota Pemalang ini. Sudah beberapa kali saya melakukan pendakian bersama Icha, dari dia lah saya belajar banyak hal tentang pendakian. Icha sudah mendaki beberapa gunung di Jawa tengah. Dia juga tergabung ke dalam organisasi pencinta alam di kampusnya. Icha suka sekali bercerita kepada saya mengenai petualangan-petualangan yang sudah ia lakukan. Dari Icha pula saya mendapatkan banyak pengetahuan tentang gunung-gunung di Indonesia.Maklum saja saya ini masih pemula dan masih banyak yang belum saya ketahui. Pernah sesekali saya bertanya padanya tentang mengapa ia tertarik untuk melakukan pendakian? Padahal itu bukanlah hal yang mudah , apalagi untuk perempuan seperti kami ini. Dengan lugasnya ia menjawab:

       "Dari semua perjalananku bercengkrama dengan alam, banyak sekali kenangan, pengalaman dan pelajaran yang aku dapat. Hingga akhirnya aku benar-benar jatuh cinta pada alam. Sebenarnya alam Indonesia itu banyak menyimpan keindahan di dalamnya, tapi sayang orang-orangnya kurang peduli dengan lingkungannya. Jadi ya banyak yang beranggapan kalo alam itu lebih kejam dari pada manusia. Itu salah kalo menurut aku, alam itu sudah menjajalankan sesuai tugasnya, dia menjadi beringas karena manusianya itu sendiri yang tidak mampu menghormati alam. Salah satu keinginanku sih ingin memperbaiki kerusakan alam saat ini, walaupun mungkin belum sampai skala besar , namun setidaknya aku ingin berkontribusi untuk alam tercinta ini. Alam yang sudah mengajarkan aku segalanya, dari mengerti diri sendiri, mengerti orang lain bahkan loyalitas terhadap sebuah kelompok. Seperti slogan yang aku lihat di gunung Lawu “Alam tidak akan memberi, jika kita tidak peduli.” dan juga seperti yang mas Adriyano Louizzao bilang ”Bergeraklah dari tempatmu terlelap dan temukan cerita yang lebih indah dari sebelumnya.” Aku harap ini bukan hanya sekedar hobi, tapi juga hobi yang bisa bermanfaat ."

         Saya setuju dengan  Icha bahwa alam banyak mengajarkan kita tentang hal-hal yang luar biasa. Sudah sepatutnya kita bersyukur dan berterimakasih pada Allah yang telah menciptakan alam Indonesia dengan begitu Indahnya. Menikmati juga harus dibarengi dengan menjaganya..agar bukan cuma saya atau Icha saja, tapi semua orang juga bisa menikmatinya.

Kamis, 06 November 2014

Beginilah awal mulanya punya niat naik gunung



Awalnya saya tidak tertarik dengan pendakian, bahkan hanya untuk membayangkan saya berjalan menelusuri hutan belantara, menapaki jalan yang menanjak untuk sampai di puncak sebuah gunung saja tidak. Hal semacam itu benar-benar tidak pernah terlintas dalam pikiran saya. Tetapi kini lain ceritanya, kini hal tersebut justru menjadi hobi yang  bener-bener saya sukai.
Awalnya kekasih saya yang sedang berkuliah di Semarang memberi kabar kalau dia dan teman-temannya akan melakukan pendakian ke gunung Merbabu. Saya sangat khawatir dan mulai mengatur-ngaturnya. Saya sangat cerwet mengingatkan dia untuk tidak lupa membawa baju hangat, obat-obatan, makanan dan minuman secukupnya,dan lain-lain. Tentu saja kelakuan saya membuat dia sangat kesal, dia terus saja meyakinkan kalau dia akan baik-baik saja dalam pendakian ini. Dan selama 3 hari saya terpaksa harus rela  tidak menerima sms dan telpon dari dia. Tentu saja itu adalah hal yang sangat di benci untuk cewe yang mengidap LDR seperti saya ini. Sepulangnya dia dari pendakian, Adam menceritakan pengalaman pertamanya itu. saya hanya bisa mendengarkan dan merasa sangat tidak tertarik.
Namun semua itu berubah setelah saya menonton film 5CM. Yang membuat saya tertarik dengan film itu justru bukan kisah dari para pemainnya ataupun pada syair-syair cinta andalan Bang Jafran, saya malah tertarik dengan kondisi alam yang ditampilkan, begitu indah, dan begitu mempesona. Ingin rasanya saya berada di tempat seperti itu, dan rasa penasaran ingin mendaki sebuah gunung pun mulai menggalayuti benak saya. Saya mengungkapkan keinginan itu pada Adam, dia bilang tidak mudah untuk mencapai sebuah puncak gunung terlebih lagi untuk wanita. Katanya, saya harus berjalan berhari-hari menulusuri jalanan yang penuh dengan rintangan dan kondisi fisik juga harus kuat. Dia meminta saya untuk memikirkan lagi, karena dia tidak ingin terjadi hal-hal yang buruk ketika saya benar-benar melakukan pendakian nantinya. 


**haha bisa dibilang  secara tidak langsung saya ini salah satu korban film 5CM

Tapi saya terus ngotot, terus memaksa Adam untuk mengajari saya sebagai pendaki pemula. Saya terus meyakinkan dia kalau saya akan mencoba dan pasti bisa melakukannya. Dan akhirnya pun Adam mengalah, ia akhirnya mau menemani dalam pendakian pertama saya ini. Sebagai permulaan katanya saya belajar dulu mendaki gunung yang tidak terlalu tinggi. Dan sebagai latihan untuk pemula, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan pendakian di Gunung Ungaran Semarang. Gunung ungaran ini memiliki ketinggian kurang lebih 2.050 meter di atas permukaan laut. Dengan sangat antusiasnya saya mulai mempersiapkan sedikit demi sedikit perlengkapan yang saya butuhkan untuk pendakian ini. Tak henti-hentinya saya bertanya ke Adam tentang keperluan apa saja yang sekiranya saya  butuhkan untuk pandakian ini. Rupanya saya hanya memerlukan baju hangat, sepatu dan tas. Untuk kebutuhan lain Adam yang nantinya akan menyiapkan.
Saya sangat antusias sekali mempersiapkan pendakian ini. dibalik rasa antusias itu, terselip sedikit rasa cemas dan takut yang membuat saya ragu dan berpikir ulang mengenai hal yang akan saya lakukan kali ini. bagaimana tidak cemas, saya ini masih awam dan masih belum tahu apa-apa mengenai pendakian, istilahnya cuma modal nekat doang. Namun saya terus melawan rasa takut itu dengan terus berkata pada diri sendiri :
"Saat lo berani menghadapi sebuah ketakutan, saat itu pula lo berhasil melewati adventure yang baru!!! Bismillah pasti bisa!!"


**haha karena saya masih awam banget belum tahu apa-apa,, saya akhirnya mulai search tuh hal-hal mengenai pendakian... dan saya baru tahu ternyata banyak wanita-wanita di luar sana yang dengan sangat mengagumkannya bisa mencapai puncak-puncak gunung bukan hanya di Indonesia tetapi sudah go internasional...begitu istilahnya kira-kira...
   
Begitulah kira-kira cerita singkatnya awal saya punya niatan buat mendaki gunung...



Sekolah pendaki wanita di Pakistan

Ternyata ada sekolah untuk pendaki wanita nih....



SALAH seorang pelajar menggunakan peralatan yang sesuai untuk memulakan pendakian.


SEKUMPULAN wanita Pakistan duduk bersimpuh di atas karpet sambil tekun mendengar tentang asas-asas pendakian gunung-gunung tertinggi dunia yang disampaikan oleh tenaga pengajar.
Terletak di kawasan pedalaman Pakistan bersempadan dengan China, Sekolah Pendakian Gunung Shimshal mempunyai pemandangan indah dikelilingi gunung-ganang.
Sebahagian wanita memecahkan tabu dengan melakukan pekerjaan yang biasanya dikuasai oleh golongan lelaki seperti tukang kayu dan pembantu pendaki di puncak Himalaya.
“Pastikan anda sentiasa memeriksa peralatan mendaki kerana kesilapan kecil boleh membawa maut,” nasihat Niamat Karim kepada pelajar-pelajarnya. Dia memberikan amanat terakhir kepada lapan orang pelajar yang bakal melakukan demonstrasi pendakian.
Mereka merupakan kumpulan pelajar wanita pertama di sekolah yang ditubuhkan pada tahun 2009 dengan sokongan daripada pendaki Itali, Simone Moro itu.
Mereka belajar selama empat tahun bagi mengikut modul pembelajaran seperti teknik mendaki, kemahiran menyelamat dan pengurusan pelancongan.
Berada di ketinggian 3,100 meter dari paras laut, Shimshal merupakan penempatan tertinggi di Lembah Hunza yang hanya boleh diakses dengan menaiki kenderaan pacuan empat roda.
Untuk sampai di kampung yang dihuni 250 orang penduduk itu, orang ramai perlu melalui jalan yang sempit, tidak berturap, lereng-lereng gunung dan merentasi jambatan kayu yang berbahaya.
Sistem solar
Sumber elektrik dan air hanya diperoleh melalui sistem solar yang dibeli dari China. Di sebalik kemiskinan itu, kadar literasi penduduk adalah 98 peratus iaitu dua kali ganda lebih baik berbanding peringkat kebangsaan.
Penduduk tempatan bergantung kepada industri pelancongan dengan purata satu rumah mempunyai seorang pendaki. Kawasan itu juga melahirkan ramai pendaki terkenal dunia termasuk Samina Baig yang merupakan wanita Pakistan pertama menakluki Everest.
Bagi salah seorang peserta, Takht Bika, 23, bersekolah di institusi itu merupakan impiannya selama ini.
“Bapa saudara dan abang saya merupakan seorang pendaki. Saya sering bermain dengan peralatan mendaki setiap kali mereka pulang dari musim pendakian. Peralatan mendaki menjadi permainan saya dan bukannya anak patung,” ujarnya.
Dalam tradisi keluarga Duor Begum, mengikuti kelas pendakian merupakan satu penghormatan selain bagi menghormati kematian suaminya di Lembah Hunza.

PENDUDUK tempatan bergantung kepada industri pelancongan dengan purata satu rumah mempunyai seorang pendaki.


Legasi
Dia menyambung legasi suaminya dan menjadikan aktiviti itu sebagai punca rezeki bagi menampung keluarga.
“Saya mempunyai dua orang anak dan tidak mempunyai pendapatan tetap. Saya mengambil risiko untuk masa depan anak-anak dan memberikan pendidikan yang sempurna kepada mereka,” kongsinya.
Walaupun wanita tersebut cuba mengubah persepsi masyarakat, Begum berpendapat, dia masih berdepan kesukaran untuk menjadi seorang pendaki profesional.
“Saya tahu ia sukar tetapi anak-anak menjadi pembakar semangat untuk berjaya,” tegas Begum.
Berada jauh daripada penempatan di lembah itu, cerita sama melingkari hidup Bibi Gulshan yang juga berusaha mengubah pemikiran masyarakat terhadap kerja-kerja kasar yang dilakukan oleh ibu kepada dua orang anak itu.
Dia dilatih menjadi tukang kayu di bawah Women Social Enterprise (WSE) iaitu projek oleh Aga Khan Development Network yang memberikan peluang pekerjaan kepada keluarga miskin dan pada masa yang sama meningkatkan daya usaha kaum wanita.
Ditubuhkan pada tahun 2003, WSE disertai oleh lebih 110 wanita lingkungan umur 19 hingga 35 tahun.
“Saya mahu memberi pendidikan terbaik kepada anak-anak supaya mereka tidak berasa terpinggir selepas kehilangan suami yang terkorban dalam peperangan.
“Saya mula bekerja selepas 10 hari kematian suami. Ramai yang mempersenda ketika itu tetapi saya perlu melakukan sesuatu untuk menampung kehidupan keluarga,” ujarnya.
Dia memperoleh pendapatan sebanyak RM264 sebulan dan wang tersebut digunakan untuk menghantar anak-anaknya ke sekolah. Kemahiran yang ada turut digunakan untuk membina rumah sendiri.
Selain membantu golongan miskin dan memperkasakan kaum wanita, WSE yang dibiayai oleh Kedutaan Norway itu juga memberi fokus kepada kemahiran moden pesertanya.
Ketua Projek, Safiullah Baig berkata, cara kerja kaum lelaki sangat berbeza dengan menggunakan perancangan yang tidak saintifik.
“Namun, kaum wanita di institusi ini mengikuti kaedah saintifik bermula daripada lukisan, rekaan sehingga pembinaan sehingga menghasilkan produk yang terancang dan berkualiti,” kata Baig. – AFP

 

Tips untuk Pendaki Berhijab

di kutip dari wisatanature.com – Di dalam suatu organisasi pecinta alam kita pasti menemukan perbedaan, bisa dari perbedaan suku, ras, dan agama. Tapi lupakanlah itu semua karena kita adalah saudara, saudara tidak semestinya membeda-bedakan perihal itu. Sekarang mulai banyak wanita yang masuk dalam organisasi pecinta alam, dan tidak sedikit pula wanita yang berhijab atau menggunakan kerudung. Apakah anda salah satu Pendaki Berhijab ? kalau iya, anda harus membaca tips yang saya berikan untuk Pendaki Berhijab.

 
                                
  • Apa Saja Yang Harus Di Bawa Pendaki Berhijab ?

1. Kerudung Serep (cadangan)
Kerudung serep (cadangan) sangat penting bagi Pendaki Berhijab, kenapa ? karena kalian mendaki pasti berkeringat, gak mau dong nanti pas kaliat shalat kerudung kalian bau keringat atau juga bisa mengakibatkan iritasi pada leher karena keringat. Jadi kerudung serep (cadangan) sangat penting.

2. Alat Shalat
Alat shalat, kebanyakan pendaki melupakan ini dalam barang bawaannya, siapa bilang kita tidak bisa shalat saat mendaki. Untuk Pendaki Berhijab ini penting, karena sebagai umat muslim kita wajib beribadah terutama shalat 5 waktu dimana pun kalian berada dan apapun situasinya.

3. Tissue Basah
Di gunung, kita tidak bisa mandi tetapi wajib bebersih diri, khususnya ketika mau tidur. Tissue basah juga perlu saat anda buang air kecil atau besar, tidak mungkin anda menggunakan air bisa-bisa habis tuh persediaan airnya. Kalau mendaki gunung, anda cukup membawa tissue basah yang isi 50 sheets untuk perjalanan 2-3 hari. Jadi, sebelum tidur, anda melap seluruh badan dengan tissue basah baru berganti pakaian tidur. Kalau badan wangi dan bersih jadi lebih enak deh tidurnya.

4. Deodorant
Padahal ketika mendaki gunung, badan kita penuh keringat dan bisa menimbulkan bau yang tidak sedap. Jadi, solusinya adalah deodorant, bawa deodoran ukuran kecil saja dan dipakai di pagi hari sebelum memulai kegiatan.

5. Pembalut
Nah, ini nih wajib untuk perempuan ketika sedang datang bulan, bulan apa tuh ? hehehe. Ketika kita harus mendaki tetapi lagi “dapet” jangan lupa untuk membawa banyak kantong plastik kecil dan pembalut. Pembalut bekasnya dimasukkan ke kantong plastik kecil, lalu masukkan ke kantong plastik besar. Kantong itu jangan campur dengan barang bawaan di dalam carrier tetapi masukkan ke kantong kiri dan kanan carrier. Jadi, jangan coba-coba meninggalkan pembalut bekas di hutan ya. Nanti yang punya hutan marah lo… hahaha

6. Sunblock
Di gunung itu suhunya rendah, tapi sinar UV nya lebih kuat dibandingkan di kota. Jadi, semakin tinggi suatu tempat, resiko kulit terbakar juga semakin besar. Saya sendiri memakai sunblock, kulit memang menghitam, tapi tidak perih terbakar. Itu yang penting. Skin Aqua ini juga aman dipakai di muka dan tidak lengket seperti sunblock merk lain.

7. Buff / slayer
Buff atau slayer ini selain untuk menghangatkan leher, bisa jadi bandana. Jadi Pendaki Berhijab juga harus tampil cantik saat mendaki ya.. modus nih… wkwkwk

8. Topi
Kalau mukanya mau lebih terlindungi lagi ya pakai topi biar enak. Atau juga buat gaya gitu, yang ini bukan modus ya…

Itu tips yang bisa saya share ke teman-teman pendaki berhijab yang mau mendaki gunung. Mungkin ada tambahan silahkan, terima kasih.