Di sebuah gerbong kereta kelas ekonomi, saya duduk dan
melepaskan pandangan. Terlihat suasana stasiun Pasar Senen begitu ramai. Suasana
di dalam gerbong juga tidak kalah ramai. Malam itu tepat pada tanggal 31 Mei pukul
22.00 WIB dengan menumpang kereta Tawangjaya, saya hendak menuju ke Semarang
untuk melakukan pendakian pertama saya. Ini bukan pertama kalinya saya pergi ke
Semarang, kota tempat kekasih saya berkuliah. Hampir setiap bulan saya
mengunjungi kota ini dan dengan kereta yang sama pula. Namun kali ini bukanlah
perjalannan biasa bagi saya, biasanya saya ke semarang hanya sekedar untuk
melepas rasa kangen bertemu dengan kekasih tercinta , but this is special one. Spesial karena, saya akan pergi ke gunung
yang merupakan kali pertama saya melakukannya. Dan akan menjadi spesial karena
perjalanan ini akan saya lakukan berdua dengan orang yang spesial.
Sekitar pukul 03.00 WIB saya tiba di stasiun Semarang
Poncol. Di depan pintu keluar terlihat Adam yang menyambut saya dengan senyuman
sambil menggendong tas ransel yang sangat besar. saya pun buru-buru
menghampirinya. Tanpa berpikir panjang setelah kami berdua saling menyapa, kami
pun melanjutkan perjalanan kami dengan menggunakan sepeda motor menuju Ungaran.
Selama perjalanan itu saya terus bertanya banyak hal ke adam. Jantung saya pun
deg-degan saking antusiasnya saya dengan pendakian ini.
Sekitar pukul 03.30 WIB kami tiba di basecamp gunung ungaran.
Adam menyuruh saya untuk berganti baju dan melakukan packing ulang. Sementara dia
sendiri akan menemui petugas di basecamp tersebut. Pukul 04.00 WIB kami memutuskan
untuk memulai pendakiannya. Waktu itu kondisinya masih sangat gelap, saya
merasa sedikit takut karena harus berjalan di tengah hutan , dan hanya
bermodalkan penerangan dari sebuah senter. Untuk meredam rasa takut yang saya
rasakan, Adam terus mengajak saya mengobrol dan sesekali dia mengeluarkan
candaan yang membuat saya tertawa. Saya berjalan tepat di depan Adam. Ketika
perjalanan belum begitu jauh dari basecamp , kami bertemu dengan rombongan
pendaki juga. Dua perempuan dari rombongan itu mengajak saya ngobrol. rupanya mereka
berasal dari sebuah komunitas keagaaman di salah satu kampus di semarang, nama
organisasi mereka tertulis jelas di jaket yang mereka kenakan. Kemudian kedua
perempuan itu mengajak saya dan Adam untuk melakukan pendakian bersama
rombongan mereka. Dengan senang hati kami menerima tawaran itu. Saya dan Adam jalan terlebih dahulu di depan
mereka. Sesampainya di sebuah kolam, kami pun memutuskan berhenti terlebih
dahulu untuk melaksanakan shalat subuh, setelah itu mengambil air dari dalam
kolam sebagai bekal sampai di puncak nanti. Karena rombongan mereka terlalu
banyak dan belum semua selesai shalat, kami berdua pun memutuskan untuk
berjalan duluan ,setelah saya dan Adam selesai shalat subuh dan mengambil air
dari kolam, kami berdua pun meminta izin kepada rombongan untuk berjalan
terlebih dahulu.
Udara saat itu terasa sangat dingin, namun saya sudah
terbiasa dengan udara dingin semacam ini, karena letak rumah saya juga berada di daerah pegunungan. Jalanan yang kami
lalui semakin lama semakin menanjak dan semakin terjal. Saya pun semakin sering
mengeluh. Tak henti-hentinya adam menyemangati saya . Namun saya terus saja
mengeluh dan mengatakan kalau saya sudah tidak kuat untuk berjalan, kaki saya
rasanya sudah mau copot, ditambah dengan beban tas yang saya bawa sangat
menguras tenaga saya. Saya sering sekali meminta istirahat ke Adam, dan ia
dengan sangat sabarnya selalu menuruti keinginan saya. Dan entah saat berada di
pos berapa saya tidak ingat,saya merasa sudah sangat tidak kuat untuk berjalan.
Saya pun akhirnya menangis dan mengatakan berulang-ulang ke Adam kalau saya
sudah tidak sanggup lagi. Baju saya pun
sudah penuh dengan tanah , karena saat berjalan saya sering sekali jatuh. Adam terus
menyemangati saya meskipun saya tidak ingin melanjutkan perjalanan ini. Dia berkata:
“ Aku yakin kamu pasti bisa, kamu bukan
wanita yang lemah. Kalau kamu sudah ga kuat,kita bisa sering-sering istirahat,
kamu yakin mau mundur sekarang sementara kita belum sampai di puncak? Kamu yakin
akan membuat perjuanganmu berhenti disini?? Kamu harus yakin. Ada aku disini, percaya
sama aku. Aku akan jagain kamu sampai di puncak nanti..”
Kemudian Adam memegangi tangan saya selama perjalanan,hal itu yang
membuat tangisan saya sedikit demi sedikit mulai terhenti. Saya yakin Adam juga
merasa lelah , tapi dia berusaha menyembunyikannya dari saya. Akhirnya saya
mendorong diri saya untuk tetap bertahan dengan perjalanan ini.
Sekitar pukul 08.00 WIB akhirnya kami tiba di puncak. saya
sangat senang, saking senangnya saya
hampir lupa dengan rasa sakit yang menyelimuti kaki saya. Tak henti-hentinya
saya berteriak “Allahu Akbar!”.. sementara Adam sibuk membuka bekal makanan
yang kami bawa. Adam menyuruh saya untuk makan terlebih dahulu, sementara dia
akan mendirikan tenda untuk istirahat. Setelah
tenda berdiri Adam langsung menyuruh saya masuk ke tenda untuk beristirahat dan
berganti baju, sedangkan dia makan dan beristirahat di luar tenda.
Setelah sekitar 1 jam beristirahat , kami berdua pun tak
lupa untuk mengambil foto. Suasana di puncak Gunung Ungaran saat itu sangat ramai,
banyak pendaki yang juga tak mau kalah ikutan mengambil foto. Di puncak saya
menemui bukan hanya pendaki dari Indonesia saja, melainkan ada lumayan banyak
pendaki dari luar negeri juga. Saya sangat bersemangat sekali untuk hunting
foto di sekitar puncak Ungaran.
Setelah dirasa cukup dan puas menikmati puncak gunung
Ungaran yang memiliki ketinggian 2.050 MDPL ini. Tepat pukul 14.00 WIB kami
berdua memutuskan untuk turun. Dan kami tiba kembali di basecamp sekitar pukul
19.00 WIB.
Sungguh pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan oleh
saya. Pendakian pertama saya yang begitu spesial bersama orang yang spesial. Saya
jadi belajar banyak hal, terkadang saat kita sudah menyerah dan berputus asa
pada suatu hal atau keadaan saat itu
juga diri kita sedang diuji untuk mengambil sebuah keputusan, apakah berhenti
atau terus malanjutkannya meskipun rasanya sudah tidak sanggup. Tetapi jika
kita yakin kita bisa, maka keyakinan itulah yang akan mengantarkan kita melewati
semua rintangan hingga kita berada di sebuah tempat yang disebut PUNCAK....
***Begitu kira-kira cerita
singkat dari pendakian pertama saya. Bagaimanakah pendakian pertama kalian??
Dokumentasi pribadi: